Review P.T. : The New Sillent Hill!!!
Tasikmalaya- Hallo pegunjung setia blog EXTREME terimakasih sudah mengunjungi
blog saya, Untuk kunjungan balik tinggal isi komentar atau buku tamu
thanks :D
Ajang Gamescom 2014 memang harus diakui cukup hambar, setidaknya untuk mereka yang menantikan kejutan besar dari Sony. Sebagai produsen dengan tingkat penjualan konsol generasi terbaru tertinggi di pasaran saat ini, dan mengingat seberapa kuatnya presentasi mereka di ajang E3 2013 dan 2014 yang lalu, menjadi sesuatu yang masuk akal untuk mengharapkan sesuatu yang “Wah” dari Sony. Sayangnya, Sony terlihat menahan diri di Gamescom 2014 ini, terutama terkait franchise raksasa yang tengah mereka kembangkan. Selain memberikan ekstra detail untuk game yang memang sudah sempat diperkenalkan sebelumnya, hampir tidak ada yang baru, selain beberapa game independen yang kian memantapkan posisinya di Playstation 4. Namun ada satu game yang berhasil menarik semua perhatian di industri game selama 48 jam terakhir ini. Benar sekali, kita tengah membicarakan P.T.
Ketika Sony memperkenalkan P.T. untuk pertama kalinya di stage utama kemarin, hampir tidak ada gamer yang menaruh perhatian serius. Semuanya menantikan pengumuman yang jauh lebih gila, mengharapkan nama The Last Guardian atau seri terbaru God of War muncul di event yang berlangsung di Jerman ini. Lewat sebuah teaser kecil yang memperlihatkan sekelibat aspek gameplay dan reaksi beberapa tester yang berteriak ketakutan, P.T. ternyata juga dikembangkan oleh sebuah studio baru yang belum pernah diketahu sepak terjangnya – 7780s. Satu yang menarik, bersamaan dengan pengumuman ini, P.T juga mengumumkan bahwa demo awal mereka sudah tersedia untuk para pemilik Playstation 4 secara cuma-cuma. Sebuah kebijakan, yang menurut kami, pantas diapresiasi, untuk sebuah developer yang belum punya nama. Demo ini sendiri disebut-sebut sebagai sebuah teaser interaktif yang belum pernah di industri game sebelumnya.
Dengan berakhirnya presentasi demo, sebagian besar gamer Playstation 4 tentu saja berbondong-bondong memuaskan rasa penasaran mereka dengan P.T. ini. Menariknya lagi? Sony menjadikannya sebagai salah satu game featured di PS Store, menempatkannya di halaman utama untuk memberikan kemudahan proses pencarian. Sebuah langkah yang tentu saja terhitung istimewa untuk sebuah game independen dari developer penuh nama. Gameplay sederhana dengan unsur horror yang begitu kuat, P.T. ternyata bukanlah game yang selama ini kita. Kembali “ditipu” dengan manis oleh si jenius – Hideo Kojima, P.T. ternyata menjadi teaser untuk seri terbaru Silent Hill yan akan ia kembangkan bersama sutradara film raksasa – Del Toro. Begitu informasi ini menyebar di dunia maya, P.T. juga langsung ikut meledak.
Rasa penasaran jugalah yang akhirnya mendorong kami menjajal game ini, setidaknya untuk mendapatkann sedikit gambaran apa jadinya Kojima, yang selama ini menyebut dirinya seorang penakut, diberi kesempatan untuk menangani sebuah game horror. Lagipula, dengan game-game seperti Slenderman, Amnesia, dan Oulast yang pantas masuk ke dalam jajaran game paling menyeramkan di industri saat ini, P.T. secara rasional, seharusnya tidak akan banyak berbeda. Iya, kami salah besar!
Bangun dan berhadapan dengan satu-satunya pintu di depan mata, P.T. memang sudah membangun atmosfer penuh misteri sejak awal permainan. Tidak diperkuat dengan narasi apapun, Anda didorong untuk mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan hidup karakter utama yang Anda gunakan lewat progress permainan itu sendiri. Ruangan yang bisa Anda jelajahi juga sangat terbatas: hanya dua koridor panjang yang terbatas dan sebuah kamar mandi. Di sepanjang dua koridor panjang ini, Anda akan melihat tiga buah meja dengan tiga aksesoris berbeda. Satu meja kecil untuk alarm digital, satu meja untuk memuat semua foto pribadi, dan sebuah meja berisikan radio tua yang seringkali tidak mau berhenti meracau.
Puzzle horror, kombinasi dua genre inilah yang tampaknya pantas untuk menjelaskan apa itu P.T. Misi Anda sebenarnya sederhana, hanya berusaha melewati pintu dari satu ujung koridor ke koridor lainnya, dan kemudian masuk dalam proses looping, dan kembali di ruangan yang sama. Namun untuk mencapai progress permainan, Anda harus memicu satu atau dua event tertentu, sebelum Anda menemukan ada sedikit perubahan dan mengetahui bahwa cerita berjalan maju. Tidak ada banyak hint yang diberikan, dan aksi yang bisa Anda lakukan hanyalah melakukan zoom pandangan untuk mencari dan mengaktifkan setiap clue ini. Jika Anda bergerak melewati pintu ujung tanpa menyelesaikan clue yang dibutuhkan sebelumnya? Maka Anda akan masuk ke dalam loop yang sama, tanpa progress.
Tidak ada hint pasti yang diberikan memang menjadi sumber frustrasi tersendiri. Mendekati akhir permainan, puzzle yang dibutuhkan untuk melewati loop tidak lagi sekedar membaca, menemukan, atau memicu event tertentu, tetapi mulai mengarah pada objek majemuk yang harus ditemukan atau dikombinasikan. Sebagai contoh? Ketika Anda harus “mencuri” huruf dari begitu banyak kata yang berceceran di dinding untuk membentuk kata Hell dan menuju pintu ke ujung koridor untuk memicu event yang berbeda. Atau ketika Anda harus mengumpulkan bagian foto yang tersebar di beragam tempat. Tanpa hint sama sekali, game ini memang menuntut Anda untuk melakukan ekstra observasi dengan ketelitian tinggi.
Pada dasarnya, game ini sebenarnya tidak memuat elemen resiko apapun ala game seperti Slender, Outlast, atau Amnesia misalnya. Tidak ada faktor lain yang bisa mengakhiri jalannya permainan atau memaksa Anda untuk mengulang segala sesuatunya lagi dari awal. Satu-satunya yang akan menghentikan langkah Anda menyelesaikan game ini adalah Anda sendiri. Dan percaya atau tidak, menyerah 20 menit sejak memainkan game ini adalah sesuatu yang sangat normal.
Jika harus disimpulkan, sensasi horror yang ditawarkan oleh P.T. cukup mengingatkan kita tentang sensasi horror dari film-film klasik dari Asia, seperti Jepang dan Hongkong di masa lalu. Tidak seperti film horror Barat yang memunculkan rasa takut dari rasa sunyi dan sumber ancaman yang jelas, Kojima menyulap P.T. sebagai sebuah game horror yang tidak bisa diprediksi. Alih-alih sunyi, ia memuat semua jenis suara dan sound-effect yang akan membuat Anda sulit menelan ludah, dari suara radio rusak yang terus menyiarkan hal-hal yang tidak masuk akal, hingga suara tangisan bayi yang entah muncul dari mana. Tidak hanya membantu membangun atmosfer yang lebih kuat, suara-suara repetitif dan desain ruangan yang looping juga menurunkan mekanisme pertahanan yang Anda miliki. Ketika Anda mengira sudah tidak ada lagi elemen yang lebih mengejutkan, dan BAM!, di sanalah P.T. menyerang.
P.T. adalah sebuah game yang penuh dengan jump scare, dan setiap kali hal ini terjadi, hanya ada tiga hal yang mungkin terjadi: Pertama, Anda baru menyadari bahwa di dalam tubuh dan gaya hidup Anda yang maskulin, ternyata tersimpan suara anak perempuan yang siap berteriak kencang dan menggema dalam ruangan. Kedua, bahwa Anda tidak punya kuasa penuh untuk menentukan kapan Anda harus dan tidak harus mengeluarkan air seni Anda sendiri. Ketiga? Bahwa P.T. bisa jadi sebuah ajang eksperimen untuk menguji kualitas ketahanan DualShock 4 yang mungkin sudah berterbangan ke mana-mana. Sulit untuk memprediksi apa yang kira-kira Anda dapatkan. Sebagai contoh? Ketika Anda mengintip pintu kamar mandi untuk pertama kalinya, misalnya. Semua orang yang menonton film horror tentu tahu bahwa ini adalah momen termanis untuk melakukan jump scare. Dan ketika sistem pertahanan mental Anda aktif dan siap untuk mengintip celah tersebut, tidak ada yang terjadi. Menunggu lama dan terus melihat bolak-balik, semuanya berjalan tenang. Namun ketika Anda lengah dan mulai menyimpulkan bahwa mungkin ini hanya sebuah paranoia semata, BAM!, sosok anak kecil penuh darah memandang Anda balik dalam waktu sepersekian detik. Cepat, akurat, efektif, dan itulah yang membuat P.T. begitu efektif.
Perang psikologis juga menjadi salah satu hal yang membuat P.T. ini menyeramkan. Seperti saat sang radio kuno di ujung ruangan secara mendadak hanya mengeluarkan satu pesan berulang dalam suara berat, “Jangan melihat ke belakang! Jangan melihat ke belakang!”. Instruksi ini memicu sebuah dilema yang sebenarnya akan berujung pada konsekuensi negatif-negatif (sama-sama tidak menyenangkan). Melihat ke belakang berarti memperbesar kemungkinan Anda untuk berhadapan dengan entah apa dan merasakan jump scare yang mungkin menyeramkan. Tidak melihat ke belakang, berarti membuka peluang makhluk apapun yang mungkin atau tidak mungkin berdiri di punggung Anda untuk melakukan hal berbahaya dan mengancam hidup si karakter utama. Jadi? Melihat ke belakang atau tidak? Iya, tidak, iya, tidak, iya, tidak? Konflik yang mulai memperkuat rasa paranoid Anda. Luar Biasa!
Bergerak di dalam rumah, dari koridor ke koridor lainnya, bersamaan dengan seluruh pernah-pernik dan objek yang digantung di antaranya, Fox Engine memperlihatkan ketangguhannya di P.T. Untuk pertama kalinya, ia membuktikan bahwa kualitas fotorealistis yang selama ini mereka kejar memang mungkin dicapai dengan platform generasi terbaru. Setiap objek hadir dengan detail yang luar biasa dengan efek blur yang juga pantas diacungi jempol. Dengan tata cahaya yang juga dibangun dengan manis, Anda mungkin akan merasa bahwa setiap screenshot yang kami perlihatkan di atas memang terjadi di dunia nyata dan P.T. adalah sebuah game yang menggunakan visual dunia nyata ala Hotel 626 yang fenomenal. Namun nyatanya, setiap titik dari game ini dibangun dari objek tiga dimensi yang berujung pada hasil yang memesona.
Bagian terbaiknya? Dalam wawancara terbarunya di ajang Gamescom 2014 kemarin, Hideo Kojima mengungkapkan timnya memang sengaja menurunkan kualitas visual Fox Engine di P.T. untuk memastikan proses penyamaran yang lebih sempurna. Bahwa game ini terlihat sebagai sebuah game independen dari developer tanpa nama yang masih hidup dengan budget rendah. Sekarang bayangkan, jika memang klaim ini benar adanya, maka kualitas visual yang dihasilkan Fox Engine di P.T. bukanlah kemampuan penuh yang bisa ia tawarkan. Lantas, visual seperti apa yang bisa ia capai jika dioptimalisasi? Sesuatu yang pantas untuk diantisipasi.
Dengan Oulast yang sudah melemparkan semua kemungkinan skenario untuk membuat bulu kuduk Anda merinding dan jantung Anda berdetak dalam irama yang lebih cepat, menjadi sedikit pesimis bahwa game horror lain, apalagi yang menyebut dirinya sebagai sebuah teaser seperti P.T. mampu menawarkan sesuatu jauh lebih intens. Namun sejak pertama kali Anda mencicipi game ini, semua anggapan ini terbukti salah besar. Walaupun lebih dikenal mengembangkan game-game seperti Metal Gear Solid dan Zone of the Enders, Hideo Kojima juga berhasil membuktikan diri sebagai sebuah perancang game horror yang begitu luar biasa. Cukup untuk membuat Anda pipis di celana dan merasa bangga karenanya.
Implementasi Fox Engine juga menjadi salah satu catatan yang pantas untuk diapresiasi dari P.T. ini. Ia menjadi proyek perdana yang membuktikan seberapa mumpuninya engine terbaru Hideo Kojima ini ketika dilemparkan ke dalam sebuah game yang memang lebih berfokus pada pengalaman in-door. Kualitas fotorealistis yang selama ini diklaim tidak lagi terlihat sebagai sebuah omong kosong gimmick belaka, dan sesuatu yang bisa dicapai jika Konami memang serius untuk mengimplementasikannya. Sayangnya, terlepas dari semua kualitas luar biasa yang ia tawarkan, P.T. juga hadir dengan satu masalah klasik game horror yang mulai terasa di bagian terakhir permainan – tingkat kesulitan. Ketika game horror terlalu sulit dan memaksa Anda untuk secara konsisten mengulang dan bertahan di tempat yang sama terus-menerus, daya magis elemen horror yang ia tawarkan secara otomatis hilang. Tangisan bayi, teriakan tidak jelas dari radio, atau sekedar bisikan-bisikan satanic mulai terasa seperti kebisingan yang mengganggu. Sebuah game horror sudah seharusnya membuat takut, dan bukannya frustrasi karena Anda sekedar tidak bisa menemukan kepingan puzzle yang terakhir, misalnya. Hint yang muncul dalam periode tertentu akan menjadi solusi terbaik untuk membuat P.T. tampil lebih manis.
Disebut sebagai sebuah teaser interaktif, namun berakhir sebagai sebuah game horror berdurasi pendek yang siap untuk membuat Anda pipis di celana secara instan, P.T. adalah sebuah konsep baru yang pantas untuk didukung di masa depan. Dimana game diperkenalkan sebuah game kecil interaktif yang menyenangkan dan cuma-cuma, tidak lagi sekedar screenshot dan trailer yang seringkali berujung tidak sesuai dengan produk final yang ditawarkan. Terlepas dari apakah Anda seorang pecinta film horror atau segerombolan penakut seperti kami, P.T. menjadi sebuah proyek yang tetap menarik untuk dijajal, hanya untuk merasakan atmosfer dan rasa takut seperti apa yang ditawarkan. Hanya untuk memuaskan penasaran, apa jadinya, jika Kojima membuat game horror. Satu yang pasti, P.T. berhasil membuat kami mengantisipasi kegilaan lain seperti apa yang akan ditawarkan bapak Metal Gear Solid ini di seri Silent Hills selanjutnya. Salute!
Sebuah strategi marketing super jenius, pujian ini memang pantas
dilayangkan untuk P.T. dan Hideo Kojima sebagai sang pencipta. Tidak
hanya lewat proses unik ini, mereka berhasil menciptakan sebuah skema
promosi yang luar biasa untuk seri teranyar Silent Hills, yang terbukti
lewat pembicaraan tanpa henti selama 48 jam terakhir artikel ini
ditulis, tetapi juga pada fakta mereka tidak sekedar menjadikan P.T.
sebagai “tumbal” tanpa makna. Terlepas dari fakta bahwa ia tampil
sebagai sebuah proyek lelucon, P.T. tampil begitu meyakinkan dan luar
biasa sebagai sebuah game horror, bahkan hadir dengan kualitas di atas
rata-rata. Semua jump scare dan atmosfer yang ia tawarkan cukup untuk
membuat kami menyerah, dan meminta teman yang jauh lebih berani untuk
melanjutkan permainan ini, dengan kami di belakang memperhatikan sembari
ditutupi selimut. Pecundang? Mungkin, but worth it!
Source : JagatPlay
Ajang Gamescom 2014 memang harus diakui cukup hambar, setidaknya untuk mereka yang menantikan kejutan besar dari Sony. Sebagai produsen dengan tingkat penjualan konsol generasi terbaru tertinggi di pasaran saat ini, dan mengingat seberapa kuatnya presentasi mereka di ajang E3 2013 dan 2014 yang lalu, menjadi sesuatu yang masuk akal untuk mengharapkan sesuatu yang “Wah” dari Sony. Sayangnya, Sony terlihat menahan diri di Gamescom 2014 ini, terutama terkait franchise raksasa yang tengah mereka kembangkan. Selain memberikan ekstra detail untuk game yang memang sudah sempat diperkenalkan sebelumnya, hampir tidak ada yang baru, selain beberapa game independen yang kian memantapkan posisinya di Playstation 4. Namun ada satu game yang berhasil menarik semua perhatian di industri game selama 48 jam terakhir ini. Benar sekali, kita tengah membicarakan P.T.
Ketika Sony memperkenalkan P.T. untuk pertama kalinya di stage utama kemarin, hampir tidak ada gamer yang menaruh perhatian serius. Semuanya menantikan pengumuman yang jauh lebih gila, mengharapkan nama The Last Guardian atau seri terbaru God of War muncul di event yang berlangsung di Jerman ini. Lewat sebuah teaser kecil yang memperlihatkan sekelibat aspek gameplay dan reaksi beberapa tester yang berteriak ketakutan, P.T. ternyata juga dikembangkan oleh sebuah studio baru yang belum pernah diketahu sepak terjangnya – 7780s. Satu yang menarik, bersamaan dengan pengumuman ini, P.T juga mengumumkan bahwa demo awal mereka sudah tersedia untuk para pemilik Playstation 4 secara cuma-cuma. Sebuah kebijakan, yang menurut kami, pantas diapresiasi, untuk sebuah developer yang belum punya nama. Demo ini sendiri disebut-sebut sebagai sebuah teaser interaktif yang belum pernah di industri game sebelumnya.
Dengan berakhirnya presentasi demo, sebagian besar gamer Playstation 4 tentu saja berbondong-bondong memuaskan rasa penasaran mereka dengan P.T. ini. Menariknya lagi? Sony menjadikannya sebagai salah satu game featured di PS Store, menempatkannya di halaman utama untuk memberikan kemudahan proses pencarian. Sebuah langkah yang tentu saja terhitung istimewa untuk sebuah game independen dari developer penuh nama. Gameplay sederhana dengan unsur horror yang begitu kuat, P.T. ternyata bukanlah game yang selama ini kita. Kembali “ditipu” dengan manis oleh si jenius – Hideo Kojima, P.T. ternyata menjadi teaser untuk seri terbaru Silent Hill yan akan ia kembangkan bersama sutradara film raksasa – Del Toro. Begitu informasi ini menyebar di dunia maya, P.T. juga langsung ikut meledak.
Rasa penasaran jugalah yang akhirnya mendorong kami menjajal game ini, setidaknya untuk mendapatkann sedikit gambaran apa jadinya Kojima, yang selama ini menyebut dirinya seorang penakut, diberi kesempatan untuk menangani sebuah game horror. Lagipula, dengan game-game seperti Slenderman, Amnesia, dan Oulast yang pantas masuk ke dalam jajaran game paling menyeramkan di industri saat ini, P.T. secara rasional, seharusnya tidak akan banyak berbeda. Iya, kami salah besar!
Sederhana
Diperkenalkan sebuah teaser dan hanya memuat data sebesar 1.3 GB via PS Store, P.T. hampir mustahil hadir sebagai sebuah game horror kompleks, dengan cut-scene, segudang karakter, atau mekanik gameplay yang membuat sang karakter utama mampu melakukan gerakan yang bervariasi. Benar saja, seperti yang bisa diprediksi, ia menawarkan sensasi gameplay horror yang lebih melekat kuat kepada Slenderman. Walaupun sama seperti Oulast dan Amnesia yang juga menghadirkan karakter utama yang tidak bisa melawan dan hanya bisa berlari, P.T. dan Slenderman mengusung satu identitas yang sama – ruang gerak yang sangat terbatas. Perjalanan Anda menyelesaikan game ini tidak akan ditentukan dari perjalanan dari satu area baru ke area baru lainnya, tetapi hanya berkisar di satu tempat yang sama secara berulang. P.T. akan memerangkap Anda hanya di dalam sebuah rumah.Bangun dan berhadapan dengan satu-satunya pintu di depan mata, P.T. memang sudah membangun atmosfer penuh misteri sejak awal permainan. Tidak diperkuat dengan narasi apapun, Anda didorong untuk mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan hidup karakter utama yang Anda gunakan lewat progress permainan itu sendiri. Ruangan yang bisa Anda jelajahi juga sangat terbatas: hanya dua koridor panjang yang terbatas dan sebuah kamar mandi. Di sepanjang dua koridor panjang ini, Anda akan melihat tiga buah meja dengan tiga aksesoris berbeda. Satu meja kecil untuk alarm digital, satu meja untuk memuat semua foto pribadi, dan sebuah meja berisikan radio tua yang seringkali tidak mau berhenti meracau.
Puzzle horror, kombinasi dua genre inilah yang tampaknya pantas untuk menjelaskan apa itu P.T. Misi Anda sebenarnya sederhana, hanya berusaha melewati pintu dari satu ujung koridor ke koridor lainnya, dan kemudian masuk dalam proses looping, dan kembali di ruangan yang sama. Namun untuk mencapai progress permainan, Anda harus memicu satu atau dua event tertentu, sebelum Anda menemukan ada sedikit perubahan dan mengetahui bahwa cerita berjalan maju. Tidak ada banyak hint yang diberikan, dan aksi yang bisa Anda lakukan hanyalah melakukan zoom pandangan untuk mencari dan mengaktifkan setiap clue ini. Jika Anda bergerak melewati pintu ujung tanpa menyelesaikan clue yang dibutuhkan sebelumnya? Maka Anda akan masuk ke dalam loop yang sama, tanpa progress.
Tidak ada hint pasti yang diberikan memang menjadi sumber frustrasi tersendiri. Mendekati akhir permainan, puzzle yang dibutuhkan untuk melewati loop tidak lagi sekedar membaca, menemukan, atau memicu event tertentu, tetapi mulai mengarah pada objek majemuk yang harus ditemukan atau dikombinasikan. Sebagai contoh? Ketika Anda harus “mencuri” huruf dari begitu banyak kata yang berceceran di dinding untuk membentuk kata Hell dan menuju pintu ke ujung koridor untuk memicu event yang berbeda. Atau ketika Anda harus mengumpulkan bagian foto yang tersebar di beragam tempat. Tanpa hint sama sekali, game ini memang menuntut Anda untuk melakukan ekstra observasi dengan ketelitian tinggi.
Pada dasarnya, game ini sebenarnya tidak memuat elemen resiko apapun ala game seperti Slender, Outlast, atau Amnesia misalnya. Tidak ada faktor lain yang bisa mengakhiri jalannya permainan atau memaksa Anda untuk mengulang segala sesuatunya lagi dari awal. Satu-satunya yang akan menghentikan langkah Anda menyelesaikan game ini adalah Anda sendiri. Dan percaya atau tidak, menyerah 20 menit sejak memainkan game ini adalah sesuatu yang sangat normal.
Siap Pipis di Celana!
Jika harus disimpulkan, sensasi horror yang ditawarkan oleh P.T. cukup mengingatkan kita tentang sensasi horror dari film-film klasik dari Asia, seperti Jepang dan Hongkong di masa lalu. Tidak seperti film horror Barat yang memunculkan rasa takut dari rasa sunyi dan sumber ancaman yang jelas, Kojima menyulap P.T. sebagai sebuah game horror yang tidak bisa diprediksi. Alih-alih sunyi, ia memuat semua jenis suara dan sound-effect yang akan membuat Anda sulit menelan ludah, dari suara radio rusak yang terus menyiarkan hal-hal yang tidak masuk akal, hingga suara tangisan bayi yang entah muncul dari mana. Tidak hanya membantu membangun atmosfer yang lebih kuat, suara-suara repetitif dan desain ruangan yang looping juga menurunkan mekanisme pertahanan yang Anda miliki. Ketika Anda mengira sudah tidak ada lagi elemen yang lebih mengejutkan, dan BAM!, di sanalah P.T. menyerang.
P.T. adalah sebuah game yang penuh dengan jump scare, dan setiap kali hal ini terjadi, hanya ada tiga hal yang mungkin terjadi: Pertama, Anda baru menyadari bahwa di dalam tubuh dan gaya hidup Anda yang maskulin, ternyata tersimpan suara anak perempuan yang siap berteriak kencang dan menggema dalam ruangan. Kedua, bahwa Anda tidak punya kuasa penuh untuk menentukan kapan Anda harus dan tidak harus mengeluarkan air seni Anda sendiri. Ketiga? Bahwa P.T. bisa jadi sebuah ajang eksperimen untuk menguji kualitas ketahanan DualShock 4 yang mungkin sudah berterbangan ke mana-mana. Sulit untuk memprediksi apa yang kira-kira Anda dapatkan. Sebagai contoh? Ketika Anda mengintip pintu kamar mandi untuk pertama kalinya, misalnya. Semua orang yang menonton film horror tentu tahu bahwa ini adalah momen termanis untuk melakukan jump scare. Dan ketika sistem pertahanan mental Anda aktif dan siap untuk mengintip celah tersebut, tidak ada yang terjadi. Menunggu lama dan terus melihat bolak-balik, semuanya berjalan tenang. Namun ketika Anda lengah dan mulai menyimpulkan bahwa mungkin ini hanya sebuah paranoia semata, BAM!, sosok anak kecil penuh darah memandang Anda balik dalam waktu sepersekian detik. Cepat, akurat, efektif, dan itulah yang membuat P.T. begitu efektif.
Perang psikologis juga menjadi salah satu hal yang membuat P.T. ini menyeramkan. Seperti saat sang radio kuno di ujung ruangan secara mendadak hanya mengeluarkan satu pesan berulang dalam suara berat, “Jangan melihat ke belakang! Jangan melihat ke belakang!”. Instruksi ini memicu sebuah dilema yang sebenarnya akan berujung pada konsekuensi negatif-negatif (sama-sama tidak menyenangkan). Melihat ke belakang berarti memperbesar kemungkinan Anda untuk berhadapan dengan entah apa dan merasakan jump scare yang mungkin menyeramkan. Tidak melihat ke belakang, berarti membuka peluang makhluk apapun yang mungkin atau tidak mungkin berdiri di punggung Anda untuk melakukan hal berbahaya dan mengancam hidup si karakter utama. Jadi? Melihat ke belakang atau tidak? Iya, tidak, iya, tidak, iya, tidak? Konflik yang mulai memperkuat rasa paranoid Anda. Luar Biasa!
Uji Fox Engine di Ruangan Tertutup
Terlepas dari klaim yang sempat dilemparkan Kojima di masa lalu bahwa Fox Engine akan mampu menghasilkan kualitas yang hampir sama dengan foto di dunia nyata, ia tidak terlihat sebegitu menawan di dua game yang sudah mengimplementasikan engine generasi baru tersebut – Pro Evolution Soccer 2014 dan Metal Gear Solid V: Ground Zeroes. Di dua game yang memang lebih kental dengan atmosfer di ruang terbuka ini, Fox Engine memang bisa menawarkan detail-detail visual yang mengagumkan, tertuama di bagian wajah karakter. Namun hingga mencapai kualitas fotorealistis? Visualnya masih jelas terasa seperti sebuah game. P.T. menjadi demo pertama yang memperlihatkan seberapa menawannya engine ini ketika digunakan untuk membangun sebuah ruang tertutup.Bergerak di dalam rumah, dari koridor ke koridor lainnya, bersamaan dengan seluruh pernah-pernik dan objek yang digantung di antaranya, Fox Engine memperlihatkan ketangguhannya di P.T. Untuk pertama kalinya, ia membuktikan bahwa kualitas fotorealistis yang selama ini mereka kejar memang mungkin dicapai dengan platform generasi terbaru. Setiap objek hadir dengan detail yang luar biasa dengan efek blur yang juga pantas diacungi jempol. Dengan tata cahaya yang juga dibangun dengan manis, Anda mungkin akan merasa bahwa setiap screenshot yang kami perlihatkan di atas memang terjadi di dunia nyata dan P.T. adalah sebuah game yang menggunakan visual dunia nyata ala Hotel 626 yang fenomenal. Namun nyatanya, setiap titik dari game ini dibangun dari objek tiga dimensi yang berujung pada hasil yang memesona.
Bagian terbaiknya? Dalam wawancara terbarunya di ajang Gamescom 2014 kemarin, Hideo Kojima mengungkapkan timnya memang sengaja menurunkan kualitas visual Fox Engine di P.T. untuk memastikan proses penyamaran yang lebih sempurna. Bahwa game ini terlihat sebagai sebuah game independen dari developer tanpa nama yang masih hidup dengan budget rendah. Sekarang bayangkan, jika memang klaim ini benar adanya, maka kualitas visual yang dihasilkan Fox Engine di P.T. bukanlah kemampuan penuh yang bisa ia tawarkan. Lantas, visual seperti apa yang bisa ia capai jika dioptimalisasi? Sesuatu yang pantas untuk diantisipasi.
Dengan Oulast yang sudah melemparkan semua kemungkinan skenario untuk membuat bulu kuduk Anda merinding dan jantung Anda berdetak dalam irama yang lebih cepat, menjadi sedikit pesimis bahwa game horror lain, apalagi yang menyebut dirinya sebagai sebuah teaser seperti P.T. mampu menawarkan sesuatu jauh lebih intens. Namun sejak pertama kali Anda mencicipi game ini, semua anggapan ini terbukti salah besar. Walaupun lebih dikenal mengembangkan game-game seperti Metal Gear Solid dan Zone of the Enders, Hideo Kojima juga berhasil membuktikan diri sebagai sebuah perancang game horror yang begitu luar biasa. Cukup untuk membuat Anda pipis di celana dan merasa bangga karenanya.
Kesimpulan
Implementasi Fox Engine juga menjadi salah satu catatan yang pantas untuk diapresiasi dari P.T. ini. Ia menjadi proyek perdana yang membuktikan seberapa mumpuninya engine terbaru Hideo Kojima ini ketika dilemparkan ke dalam sebuah game yang memang lebih berfokus pada pengalaman in-door. Kualitas fotorealistis yang selama ini diklaim tidak lagi terlihat sebagai sebuah omong kosong gimmick belaka, dan sesuatu yang bisa dicapai jika Konami memang serius untuk mengimplementasikannya. Sayangnya, terlepas dari semua kualitas luar biasa yang ia tawarkan, P.T. juga hadir dengan satu masalah klasik game horror yang mulai terasa di bagian terakhir permainan – tingkat kesulitan. Ketika game horror terlalu sulit dan memaksa Anda untuk secara konsisten mengulang dan bertahan di tempat yang sama terus-menerus, daya magis elemen horror yang ia tawarkan secara otomatis hilang. Tangisan bayi, teriakan tidak jelas dari radio, atau sekedar bisikan-bisikan satanic mulai terasa seperti kebisingan yang mengganggu. Sebuah game horror sudah seharusnya membuat takut, dan bukannya frustrasi karena Anda sekedar tidak bisa menemukan kepingan puzzle yang terakhir, misalnya. Hint yang muncul dalam periode tertentu akan menjadi solusi terbaik untuk membuat P.T. tampil lebih manis.
Disebut sebagai sebuah teaser interaktif, namun berakhir sebagai sebuah game horror berdurasi pendek yang siap untuk membuat Anda pipis di celana secara instan, P.T. adalah sebuah konsep baru yang pantas untuk didukung di masa depan. Dimana game diperkenalkan sebuah game kecil interaktif yang menyenangkan dan cuma-cuma, tidak lagi sekedar screenshot dan trailer yang seringkali berujung tidak sesuai dengan produk final yang ditawarkan. Terlepas dari apakah Anda seorang pecinta film horror atau segerombolan penakut seperti kami, P.T. menjadi sebuah proyek yang tetap menarik untuk dijajal, hanya untuk merasakan atmosfer dan rasa takut seperti apa yang ditawarkan. Hanya untuk memuaskan penasaran, apa jadinya, jika Kojima membuat game horror. Satu yang pasti, P.T. berhasil membuat kami mengantisipasi kegilaan lain seperti apa yang akan ditawarkan bapak Metal Gear Solid ini di seri Silent Hills selanjutnya. Salute!
RAW SCREENSHOT
Source : JagatPlay
0 komentar: