Nintendo Wii U: Semua Hal yang Perlu Anda Ketahui!

By
September 14, 2012   ·  

Diperkenalkan sejak tahun 2011 silam, jalan Nintendo untuk membuat konsol teranyar mereka – Nintendo Wii-U untuk menarik perhatian gamer memang penuh dengan liku. Hampir setahun sejak pengumuman di ajang E3 2011 dan dengan waktu yang kian dekat dengan bulan rilis yang sudah ditentukan sejak awal, Nintendo masih menyimpan segudang misteri tentang konsol ini. Perasaan skeptis dan pesimis tentu saja menyelimuti gamer yang begitu mengantisipasi kehadirannya. Bahkan ajang E3 2012 tidak banyak memberikan informasi terkait konsol next-gen yang satu ini. Setelah penantian yang cukup lama, Nintendo akhirnya memilih bulan September sebagai waktu yang tepat untuk membuka tabir ketidakjelasan ini.
Nintendo menyelenggarakan dua press conference di dua pasar potensial terbesar mereka – Jepang dan Amerika Serikat. Tidak ada lagi yang disembunyikan, Nintendo berusaha memberikan gambaran sejelas-jelasnya tentang produk teranyar mereka. Mereka memperkenalkan game-game eksklusif yang mungkin akan menarik perhatian gamer, fitur dan fungsi yang selama ini masih menjadi tanda tanya, beberapa bagian spesifikasi, hingga harga dan tanggal rilis yang ditetapkan untuk masing-masing pasar tersebut. Ada pepatah yang menyatakan bahwa tidak kenal maka tidak sayang. Kami merangkum semua informasi yang tersedia untuk membantu Anda mendapatkan gambaran yang lengkap tentang Nintendo Wii-U. Tertarik atau tidak, ini tentu akan menjadi pilihan pribadi Anda selanjutnya.

Bundle Penjualan

Nintendo Wii-U akan tersedia dalam  dua varian utama:

  • Basic (Warna putih): Wii U console, 1 Wii U Gamepad, Sensor Bar, 8 GB SSD, HDMI Cable
  • Premium / Deluxe (Warna hitam): Wii U console, 1 Wii U Gamepad, Sensor Bar, 32 GB SSD, HDMI Cable, Charging Stand, Console Stand, Nintendo Land game disc

Spesifikasi Teknis

Walaupun sudah memperkenalkan beberapa spesifikasi untuk Nintendo Wii-U, Nintendo tidak secara terbuka mengungkapkan spesifikasi teknis untuk jeroan konsol generasi baru ini. Namun beragam spekulasi dengan source yang dapat dipercaya menyebar di dunia. Lantas, spesifikasi teknis apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Nintendo Wii-U dan kontroler uniknya – Wii U Game Pad?

Wii U Console


  • CPU: IBM Power7-based multi-core processor
  • GPU: Custom AMD Radeon 7 Series (1080p graphics)
  • RAM: 2 GB (1 GB untuk games, 1 GB untuk sistem)
  • Storage: Basic: 8 GB SSD, Premium/Deluxe: 32 GB SSD (Expandables via SD memory cards / USB hard disk)
  • Game media: Optical disc-drive 12 cm. Capacity: 25 GB (kemungkinan besar Blu-ray)
  • Ports dan Peripheral capabilities: SD memory card, USB 2.0 parts (2 di depan, 2 di samping), Sensor Bar power port, AV Multi Out port, HDMI 1.4 port.
  • Video: 1080p, 1080i, 720p, 576i (PAL), 480p, 480i, standard 4:3 ataupun 16:9 widescreen.

Wii U GamePad

  • Built-in 3-axis accelerometer, 3-axis gyroscope and amagnetic sensor
  • Stereo Speakers and Microphone
  • Front-facing camera
  • IR Sensor strip
  • 6.2 inch (15.7 cm) 16:9 resistive touchscreen
  • Dua analog stick – satu D-pad
  • Stylus
  • Select, Start, Home and Power buttons
  • A/B/X/Y face buttons, L/R bumper buttons and ZL/ZR trigger buttons
  • Rumble
  • Controller sync button
  • Wireless communication with console based on IEEE 802.11n
  • NFC
Tidak hanya mampu terkoneksi dengan Wii U GamePad, Nintendo Wii U juga memiliki backward compability dengan peripheral Nintendo Wii: Wii Remote Plus, Wii Nunchuk, Classic Controller, dan Wii Balance Board.

Fitur


  • Backward Compability
  • Tvii: Layanan terbaru yang memungkinkan Anda untuk melakukan streaming video dari berbagai sumber seperti Hulu, Netflix, Youtube di Wii U GamePad Anda.
  • Stereoscopic 3D image
  • Miiverse: social network system yang terintegrasi di system menu. Anda dapat berinteraksi dengan user Wii U yang lain setiap saat melalui text maupun video.
  • Game-Game yang Akan Dirilis (November 2012 – Maret 2013)


  • 505 Games:  Funky Barn
  • 2K Sports: NBA 2K13
  • Activision:  007 Legends, Black Ops 2,Transformers Prime, WipeOut 3, Skylanders Giants, Cabela’s Dangerous Hunts 2013, Rapala Pro Bass Fishing
  • Capcom: Monster Hunter 3 Ultimate
  • D3Publisher:  Rise of the Guardians: The Video Game, Ben 10 – Omniverse, Family Party – 30 Great Games Obstacle Arcade
  • Disney Interactive: Disney Epic Mickey 2 – The Power of Two
  • EA: Mass Effect 3, Madden 13, FIFA 13
  • Frozenbyte:  Trine 2 – Director’s Cut
  • Gaijin Games: Runner2 – Future Legend of Rhythm Alien
  • Majesco Entertainment: Zumba Fitness Core
  • Maximum Games: Jett Tailfin
  • Namco: Tekken Tag Tournament 2 Wii U Edition, TANK TANK TANK
  • Nintendo:  Nintendo Land, New Super Mario Bros. U, NINJA GAIDEN 3 – Razor’s Edge, SiNG PARTY, LEGO City: Undercover, Wii Fit U, Game & Wario, Pikmin 3, The Wonderful 101 from Platinum Games
  • SEGA: Aliens: Colonial Marines, Sonic & All-Stars Racing Transformed
  • Shin’en:  Nano Assault Neo
  • Tecmo Koei: WARRIORS OROCHI 3 Hyper
  • THQ: Darksiders II, Wheel of Fortune, JEOPARDY!
  • Two Tribes: Toki Tori 2
  • Ubisoft: Assassin’s Creed III, Just Dance 4, Marvel Avengers – Battle for Earth, Rabbids Land, Sports Connection, Your Shape – Fitness Evolved 2013, ZombiU, Rayman Legends
  • Warner Bros: Scribblenauts Unlimited, Game Party Champions, Batman – Arkham City Armored Edition
Walaupun Nintendo Wii-U mengusung beberapa nama game yang akan dan sudah dirilis untuk konsol kompetitor seperti XBOX 360 dan Playstation 3, versi Wii U menawarkan gaya gameplay yang berbeda dan fitur yang dimaksimalkan dengan kehadiran Wii U Game Pad. Salah satu contoh? Call of Duty: Black Ops 2 versi Wii U akan mengusung mode multiplayer secara split-screen, dimana satu gamer akan memainkannya lewat konsol dan yang lainnya langsung dengan GamePad. Wow!

Harga


  • Nintendo Wii U Basic: USD 299 (Amerika), ¥26.250 (Jepang), £230 (Inggris), AUD$350 (Australia)
  • Nintendo Wii U Premium/Deluxe: USD 349 (Amerika), ¥31.500 (Jepang), £270 (Inggris), AUD$430 (Australia)
  • Harga Game: USD 50-60 / game
  • Nintendo Wii U Pro Controller: ¥5.040 (Jepang)
  • Nintendo Wii U GamePad: ¥13.440 (Jepang)
Harga dapat berubah sesuai dengan paket dan kelengkapan peripheral yang disediakan oleh masing-masing seller.

Ketersediaan


  • Amerika: 18 November 2012
  • Jepang: 8 Desember 2012
  • Australia: 30 November 2012
  • Inggris: 30 November 2012
Belum ada informasi tentang ketersediaannya secara resmi di Indonesia. Namun bercermin dari beragam kasus peluncuran perangkat gaming terbaru di masa lalu, importir di indonesia biasanya sudah mampu mendapatkan unit setidaknya seminggu setelah peluncuran dengan tanggal rilis terdekat.
Dengan semua informasi di atas, apakah Anda tertarik untuk membeli konsol generasi terbaru Nintendo ini? Atau ada aspek pertimbangan yang membuat Anda tidak melirik Nintendo Wii-U ini? Feel free to discuss!


Sumber: www.jagatplay.com

0 komentar:

Review Far Cry 3: Aksi – Eksplorasi yang Luar Biasa

By
December 6, 2012   ·  

Bulan-bulan terakhir menjelang akhir tahun selalu menjadi bulan-bulan termanis untuk para gamer. Para publisher memanfaatkan event libur panjang di sebagian besar region untuk memperkenalkan game-game andalan mereka ke pasaran. Salah satu yang berhasil menarik perhatian kami? Tentu saja, game FPS open-world pentolan Ubisoft – Far Cry 3. Setelah penantian yang cukup lama dan nama besar yang berhasil dicapai lewat kesuksesan dua seri sebelumnya, game ini tidak diragukan lagi merupakan salah satu game paling diantisipasi di 2012 ini. Dan hasilnya? Sama sekali tidak mengecewakan.
Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah memiliki sedikit gambaran tentang apa yang ditawarkan oleh seri terbaru yang satu ini. Secara visualisasi, Far Cry 3 memang tampil begitu indah. Engine terbarunya – Dunia Engine 2 berhasil melakukan tugasnya dengan sangat baik, menampilkan dunia dalam tata efek dan detail yang akan senantiasa memanjakan mata Anda. Pilihan Ubisoft untuk mengusung esensi dunia Far Cry pertama yang menjual sisi iklim tropis yang indah juga terhitung sebagai kebijakan yang terhitung sukses, setidaknya cukup untuk meredam kritik yang sempat dilontarkan untuk “gelapnya” dunia Far Cry 2 yang membuatnya sulit untuk dinikmati. Sebuah kesan pertama yang luar biasa.
Namun, visualisasi tidak menjadi satu-satunya alasan mengapa kami menyebut Far Cry sebagai sebuah game aksi – eksplorasi yang luar biasa. Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh game ini? Mengapa kami jatuh cinta dengannya? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Anda akan berperan sebagai Jason Brody. Perjalanan liburannya ke Rook Island, Papua Nugini ternyata berakhir mimpi buruk. Mereka ditangkap oleh organisasi kriminal besar yang menguasai pulau tersebut.
Liburan yang berakhir bencana dan nasib buruk, ini tampaknya menjadi kesimpulan yang paling tepat untuk menggambarkan kehidupan Jason Brody, sang karakter utama di Far Cry 3. Niat untuk menikmati indahnya iklim dan setting tropis yang ditawarkan oleh Rook Island, Papua Nugini ternyata berubah menjadi petualangan untuk sekedar bertahan hidup. Kegiatan skydiving  yang mereka lakukan menjadi awal mimpi buruk. Brody dan teman-temannya tertangkap oleh Vaas, salah satu panglima organisasi kejahatan yang tengah menguasai Rook Island. Impulsif, sadis, dan “gila”, Vaas membunuh dan menculik teman-teman Brody yang lain untuk mendapatkan uang tebusan. Sementara Brody sendiri? Dilepas untuk apa yang menurut Vaas,  untuk membuat permainan lebih menarik.
Terluka parah dan nyaris tewas, Brody diselematkan oleh Dennis Rogers, mantan Marinir Amerika Serikat yang kini tengah menetap di Rook Island. Lewat mulut Dennis pulalah, Brody mempelajari tentang perang sipil yang tengah berkobar antara pasukan pemberontak – Rakyat dan Hoyt Volker, otak di belakang organisasi kejahatan yang juga menggawangi  naluri membunuh Vaas. Melihat tujuan Rakyat yang juga melawan Hoyt dan Vaas, Brody mulai mendukung pihak yang satu ini dengan satu tujuan utama: menemukan semua temannya yang sedang ditahan oleh Vaas dan mengirim mereka pulang. Namun bagi Dennis, kehadiran Brody lebih dari sekedar “kebetulan” belaka. Brody dipercaya sebagai pemenuhan ramalan tentang sosok yang akan membantu Rakyat bebas dari penjajahan ini.
The “insane” Vaas.
Usahanya untuk menyelamatkan sebagian besar temannya yang masih ditawan oleh Vaas membawa Brody masuk ke dalam misteri yang lebih besar. Ia terjebak dalam perang antara pasukan pemberontak – Rakyat dan Hoyt Volker, sang musuh utama. 
Perlahan namun pasti, Brody digiring untuk menyusuri jalur untuk menjadi pejuang yang selama ini diceritakan lewat legenda para Rakyat. Dibekali dengan tattoo yang menjadi identitas aksi perangnya, Brody juga dihadapkan pada Citra, seorang pemuka spiritual yang dipercaya memegang kunci untuk menghidupkan kembali sepak terjang sang legenda dan membantu Rakyat meraih supremasi kekuasaan atas Hoyt dan Vaas. Dari sekedar perjalanan menyelamatkan teman-temannya dan balas dendam, Brody justru jatuh pada misteri Rook Island yang begitu mistis.
Hoyt adalah sosok yang sangat ditakuti. Tentu saja bukan perawakannya yang elegan dan tenang yang membuatnya dapat menguasai sosok seperti Vaas.
A monster?! In Far Cry 3?! How the…
Mampukah Brody menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi ini? Ataukah ia lebih memilih untuk terlibat dalam takdir yang lebih besar, menjadi pejuang terhebat yang selama ini diramalkan oleh The Rakyat?
Lantas, mampukah Brody melawan Hoyt dan Vaas? Apakah teman-teman yang ia sayangi masih mampu bertahan hidup? Apa yang sebenarnya direncakan oleh Citra, Dennis, dan Rakyat secara keseluruhan untuk karakter utama kita ini? Siapa sebenarnya Vaas? Semua jawaban dari pertanyaan ini dapat Anda temukan dengan memainkan Far Cry 3 ini.

Sumber : www.jagatplay.com

0 komentar:

Preview Call of Duty – Ghosts: Tetap Bombastis!


Call of Duty - Ghosts (1)
Single player yang memesona, ini memang harus diakui menjadi salah satu identitas utama dari franchise FPS andalan Activision – Call of Duty. Sempat tenggelam untuk beberapa lama, franchise ini dibangkitkan kembali lewat kesuksesan konsep perang modern yang pertama kali ditawarkan oleh seri Modern Warfare. Konsep sinematik lewat serangkaian cut-scene dramatis dan cerita yang kuat berhasil menjadikan Modern Warfare sebagai standar untuk begitu banyak FPS yang lahir setelahnya. Tangan dingin Infinity Ward melahirkan sebuah fenomena baru. Dan kali ini, mereka berusaha meraih kesuksesan yang sama kembali lewat sang seri terbaru, Call of Duty: Ghosts. Sebuah proyek yang mereka sebut sebagai COD “next-gen”. Seberapa baik?

Kesan Pertama

Visualisasi tentu saja menjadi pintu gerbang terbaik untuk melihat seberapa signifikan inovasi yang berusaha disuntikkan oleh Infinity Ward di proyek next-gen ini. Memainkannya di PC dengan setting di atas rata-rata, Anda masih akan merasakan cita rasa engine lawas yang sudah melekat di seri-seri COD sebelumnya, termasuk yang dikembangkan oleh Treyach. Beberapa perombakan visual terutama di sisi efek cahaya memang tampil lebih baik, namun tidak di tekstur. Terlepas dari statusnya sebagai game next-gen, Anda masih akan bertemu dengan begitu banyak tekstur low-res bergelimbangan di setiap sisi game dan menghasilkan detail yang tidak begitu baik. Bertolak belakang dengan apa yang berusaha dilakukan oleh sang kompetitor – Battlefield 4.
Bukan Call of Duty namanya jika tidak dapat menghasilkan pengalaman bermain yang luar biasa di mode single player. Mekaniknya sendiri tidak banyak berbeda, Anda masih harus bertempur dari satu titik ke titik lainnya sembari memastikan diri bertahan hidup. “Inovasi” hadir lewat kesempatan untuk menggunakan Riley – seekor anjing yang menjadi ikon Ghosts di dalam pertempuran. Anda bisa memintanya untuk menyerang musuh yang harus Anda lenyapkan tanpa konsekuensi serius yang harus dipikul. Terlepas dari begitu banyak seri COD yang lahir, Infinity Ward untuk sekali lagi, berhasil menawarkan begitu banyak momen epic khas COD yang masih bisa mengundang decak kagum Anda. Momen yang masih membuat kami berteriak “Holy f#*$” di beberapa kesempatan.
Jika harus disimpulkan sementara ini, Infinity Ward boleh terbilang membawa Call of Duty kembali ke akar yang selama ini membuatnya dicintai. Tidak seperti Treyarch yang secara konsisten berusaha menghadirkan varian gameplay dan inovasi lewat mekanik Tower Defense, Strategy, hingga multiple ending di Black Ops 2, Infinity Ward lebih memilih untuk menempuh jalur klasik khasnya. Setidaknya itulah yang berusaha ditawarkan oleh Ghosts.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, sekaligus menggali lebih banyak hal yang ditawarkan oleh Call of Duty – Ghosts, izinkan kami menyertakan segudang screenshot di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran akan game yang satu ini. Right, Riley? Woof woof!

Call of Duty - Ghosts (4)
Call of Duty - Ghosts (24)
Call of Duty - Ghosts (46)
Call of Duty - Ghosts (73)
Call of Duty - Ghosts (85)
Call of Duty - Ghosts (123)
Call of Duty - Ghosts (134)
Call of Duty - Ghosts (160)
Call of Duty - Ghosts (164)
Call of Duty - Ghosts (168)
Call of Duty - Ghosts (174)


Sumber : www.jagatplay.com

0 komentar:

Review The Walking Dead – Survival Instinct: Game Zombie Terburuk Sejauh Ini!

 
Menciptakan sebuah game survival horror memang bukan pekerjaan yang mudah. Berbeda dengan sebagian besar game action yang memungkinkan Anda untuk menghancurkan apapun secara membabi buta, genre ini juga dituntut untuk memuat elemen yang akan membuat gamer terus ketakutan dan waspada. Tidak hanya menyerang dan bertahan, lari juga terkadang menjadi jalan keluar terbaik, apalagi ketika Anda harus berhadapan dengan jumlah yang masif. Dari semua konsep utama yang diusung, zombie memang menjadi salah satu yang paling populer. Mayat yang hanya didorong kebutuhan untuk memangsa siapapun yang bertahan hidup ini memang menjadi salah satu ancaman yang paling sering dihadirkan di industri game, termasuk di game terbaru dari Activision yang satu ini.
Sebagian besar pencinta film seri dari Barat tentu tidak asing lagi dengan nama Walking Dead. Film drama bertema zombie apocalypse ini memang menjadi salah satu film seri paling populer yang paling dinanti. Lahir dari komik, versi video game – Walking Dead yang dirilis secara episodik oleh Telltale juga mengusung kualitas yang hampir serupa. Membawa konflik dan intrik hubungan antar para manusia yang bertahan hidup dalam dunia yang sudah hancur berantakan, Walking Dead versi Telltale diakui sebagai salah satu game yang berhasil meluncurkan ending terbaik yang menggugah emosi banyak gamer. Dengan kesuksesan ketiga media ini, tidak mengherankan jika ekspektaasi terhadap versi yang lebih action – The Walking Dead: Survival Instinct begitu besar. Penantian yang akhirnya harus berakhir pada kekecewaan.
Lantas apa yang sebenarnya salah dengan game yang satu ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai salha satu game zombie terburuk sejauh ini?

Plot

Anda akan berperan sebagai sang Daryl Dixon yang ikonik.
Hampir semua gamer yang sempat mengikuti film seri The Walking Dead tentu saja mengidolakan dan memimpikan peran sebagai seorang Daryl Dixon. Berbeda dengan sebagian karakter lain yang terlibat dalam drama dan mendayu, Daryl merepresentasikan karakter badass yang tidak segan untuk menempuh resiko untuk bertahan hidup. Kesempatan untuk memerankan sosok yang satu ini akhirnya muncul di seri game teranyar yang dirilis oleh Terminal Reality dan Activision yang satu ini.
Anda akan beraksi dalam timeline sebelum event di Walking Dead season pertama. Sebagai pembuka, Anda akan berperan sebagai ayah Dixon yang diceritakan tengah berburu bersama dengan teman-temannya. Tutorial singkat ini memberikan sedikit gambaran tentang horror yang Anda temukan. Tewas dalam serangan Walker, Anda pun akan mengambil alih peran sebagai Daryl Dixon dalam usahanya untuk melarikan diri ke Atlanta. Perjalanan panjang pun dimulai. Lari dari para kejaran Walker yang berbahaya, Dixon juga harus mencari berbagai bahan kebutuhan untuk bertahan hidup selama pelariannya, dari makanan hingga bahan bakar untuk mobil. Petualangan penuh mimpi buruk pun dimulai.
Adegan dimulai dengan tewasnya sang ayah di tangan para Walker, yang juga menjadi latar belakang dari perjalanan Daryl Dixon ke Atlanta.
Di sepanjang perjalanan, Dixon juga harus mengumpulkan resource yang cukup untuk bertahan hidup, dari makanan hingga bahan bakar.
Can you survive?
Mampukah Daryl Dixon dan sang adik – Merle Dixon mencapai tempat tujuannya ini? Tantangan seperti apa yang harus mereka hadapi? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan The Walking Dead: Survival Instinct ini.

Sumber : www.jagatplay.com

0 komentar:

Preview Devil May Cry – DmC: Menghapus Semua Keraguan!


Kritik dan cercaan tampaknya menjadi konsekuensi yang tidak terhindarkan ketika Capcom mengambil sebuah tindakan yang terhitung ekstrim, mereboot ulang salah satu franchise ikonik mereka yang populer – Devil May Cry. Proses reboot yang dipercayakan kepada developer kawakan – Ninja Theory yang sudah menelurkan game-game berkualitas tinggi seperti – Heavenly Sword dan Enslaved ini memang membuat tidak sedikit gamer skeptis. Salah satu alasan utama? Keberanian untuk mengubah desain karakter utama – Dante, yang terlihat begitu cool dan keren di masa lalu, menjadi sosok remaja punk yang terlihat beringasan. Keraguan bahwa proses reboot ini akan sukses mengemuka kuat, terlepas dari ragam screenshot dan trailer yang memperlihatkan inti gameplay yang tidak banyak berbeda. Setelah menanti cukup lama, kesempatan untuk membuktikan semua keraguan tersebut akhirnya hadir. Capcom akhirnya merilis Devil May Cry, yang kini hanya disebut DmC ke pasaran!

Kesan Pertama

Bagaimana rasanya memainkan sosok Dante yang baru? Ini tentu menjadi pertanyaan yang pasti dilontarkan oleh para gamer yang sudah tumbuh besar bersama empat seri Devil May Cry sebelumnya. Sebagai sebuah seri reboot, Capcom dan Ninja Theory harus diakui melakukan tugas yang baik untuk mengenal sosok yang baru ini. Desain ini mungkin akan terlihat aneh jika Capcom bertahan dengan timeline dan setting franchise Devil May Cry di masa lalu. Namun Dante yang “baru” ini memang menjadi pelengkap sempurna untuk mengisi dunia dan konflik utama DmC yang memang terikat lebih erat dengan dunia nyata. Berusaha memaksakan Dante lama di dalamnya? Justru akan berujung pada konsekuensi yang absurd. Konsep Limbo sebagai dunia spiritual yang menjadi pusat aksi juga tereksekusi dengan baik.
Bagaimana dengan sisi gameplaynya sendiri? Jangan khawatir bahwa Anda akan kehilangan inti dari gameplay Devil May Cry yang selama ini Anda kenal. Kematangan Ninja Theory ketika menggarap Heavenly Sword di masa lalu justru disempurnakan dan diadaptasikan dengan baik untuk seri reboot ini. Dante tetap akan bertempur dengan kecepatan tinggi dan beragam gaya serangan yang destruktif, tetapi sekaligus juga sinematik. Ciri khas Ninja Theory juga berhasil membentuk efek gameplay yang lebih dinamis lewat kehadiran tiga mode serangan yang bisa Anda ganti dengan cepat: serangan biasa, Angel-Mode, dan Devil-Mode. Serangan yang lebih dinamis ini memungkinkan Anda untuk menghasilkan kombo serangan berkesinambungan yang lebih mudah, apalagi dengan kemampuan tarik dan bergerak menuju musuh ala Nero di Devil May Cry 4. Tidak akan ada bagian yang akan membuat otak Anda merasa asing dengan sisi gameplaynya.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review dan mencari hal apa saja yang ditawarkan oleh seri ini, kami menyediakan screenshot fresh from oven di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran. Satu yang pasti, untuk semua gamer di luar sana yang sempat berceletuk dan memantapkan hati untuk tidak memainkan game ini sebagai boikot dan kekecewaan karena “bentuk” Dante yang berubah, bersiaplah menyesal. Hilangkan semua rasa skeptis dan “idealis” tersebut dan jajal seri reboot ini! Ia akan menghapus semua keraguan Anda sejak awal permainan, bahkan cukup untuk membuat Anda mencintai desain yang baru. Who knows..

0 komentar:

Review Assassin’s Creed IV – Black Flag: Game Bajak Laut Terbaik!



AC IV - Black Flag (1)
Assassin’s Creed tampil sebagai salah satu franchise game action yang berhasil menetapkan standar baru di industri game. Setting historis yang dibangun dengan baik, plot masa depan dan masa lalu yang bergerak dalam alur yang rapi, serta kombinasi gerak parkour yang mumpuni tumbuh menjadi identitas yang tidak bisa dipisahkan dari franchise andalan Ubisoft yang satu ini. Terlepas dari perombakan cerita yang disuntikkan di setiap seri yang dirilis selama beberapa tahun terakhir ini, Ubisoft juga berusaha menyuntikkan segudang inovasi di sisi gameplay untuk mencegah kesan repetitif yang memang terhitung rentan. Semua usaha inovatif tersebut akhirnya tiba di puncak penerapannya, di seri yang juga direncanakan akan dirilis di konsol next-gen: Assassin’s Creed IV: Black Flag.
Memang ada segudang alasan untuk menantikan kehadiran seri yang satu ini. Selain tema bajak laut yang terhitung unik, fakta bahwa ini akan menjadi seri pertama yang “berdiri sendiri” setelah akhir kisah Desmond Miles di seri ketiga memang membuka potensi arah cerita baru untuk dieksploitasi oleh Ubisoft sendiri. Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah memiliki sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh AC IV: Black Flag ini. Pertempuran laut yang epik, dengan cita rasa Assassin yang tetap kental dan dunia yang jauh lebih masif menjadi bumbu manis di atas permukaan.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh AC IV: Black Flag yang satu ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game bajak laut terbaik yang pernah mampir di industri game?

Plot

Berbeda dengan Altair, Ezio, atau Connor yang menjalani hidup sebagai seorang Assassin karena ideologi, Edward memulainya dari emas dan keserakahan.
Berbeda dengan Altair, Ezio, atau Connor yang menjalani hidup sebagai seorang Assassin karena ideologi, Edward memulainya dari emas dan keserakahan.
Templar dan Assassin, dua kubu dengan ideologi yang berseberangan ini memang masih menjadi roda penggerak cerita untuk setiap perjalanan baru yang ditawarkan oleh seri teranyar Assassin’s Creed. Assassin diposisikan sebagai kekuatan penyeimbang dan pedang kebenaran yang siap menundukkan obsesi Templar untuk menciptakan keteraturan yang absolut, dimana kebebasan tidak menjadi bagian penting sama sekali. Misi suci inilah yang disandang oleh setiap invidu yang menyerahkan hidupnya sebagai seorang Assassin. Namun tidak dengan Edward Kenway.
Edward Kenway bukanlah seorang Assassin yang legit. Mengarungi lautan sebagai pekerja kelas rendahan, kesempatan untuk meraih hidup yang lebih sukses dan dibanjiri dengan emas terbuka lebar setelah Kenway berhasil memenangkan pertarungan melawan seorang Assassin pembelot yang tengah menjalani misi untuk seorang Templar, misi yang berpotensi menghasilkan kantung emas yang lebih berat untuknya. Mengambil pakaian sang Assassin dan menyamar, ambisi Kenway ini justru membuka misteri yang lebih besar. Kunci yang ia dapatkan akan memperbesar potensi para Templar untuk menemukan Observatory – sebuah teknologi yang memungkinkan individu untuk melacak dan mengetahui lokasi siapapun di seluruh dunia. Namun untuk menemukan tempat ini, para Templar harus menemukan seseorang yang dikenal sebagai “Sage”.
Menyamar menjadi seorang assassin untuk sekedar mengklaim hadiah uang, Edward masuk dalam pusaran konflik rahasia yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Menyamar menjadi seorang assassin untuk sekedar mengklaim hadiah uang, Edward masuk dalam pusaran konflik rahasia yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Informasi dari para Templar membuka tabir misteri tentang sosok yang disebut Sage dan sebuah teknologi bernama Observatory. Diyakini akan mampu membuatnya berkuasa dan menjadi kaya raya, Edward terobsesi mendapatkan benda ini.
Informasi dari para Templar membuka tabir misteri tentang sosok yang disebut Sage dan sebuah teknologi bernama Observatory. Diyakini akan mampu membuatnya berkuasa dan menjadi kaya raya, Edward terobsesi mendapatkan benda ini.
Perburuan terhadap sosok Sage sendiri pun dimulai.
Perburuan terhadap sosok Sage sendiri pun dimulai.
Identitas palsu yang terbongkar tidak lantas membuat Kenway menyerah. Informasi yang ia dapatkan dari para Templar ini justru membuatnya kian berambisi untuk menemukan Sage dan Observatory, tidak untuk idealisme menyelamatkan dunia, tetapi potensinya sebagai sumber emas yang luar biasa. Naluri dan keserakahan inilah yang membentuk identitasnya sebagai seorang bajak laut dan mendorong perjalanan Kenway menyusuri lautan. Dalam perjalanan “suci” ini, Kenway juga berusaha membangun sebuah kota impian – Nassau, sebuah kota bajak laut dimana kebebasan menjadi pesona utama, sebuah kota dimana pemerintah kolonial sekelas Inggris dan Spanyol tidak memiliki pengaruh apapun, dan para bajak laut ternama sekelas Blackbeard dan Charles Vane mulai menciptakan identitas mereka masing-masing. Sayangnya, perjalanan ini sendiri dipenuhi dengan begitu banyak rintangan.
Walaupun tidak berhubungan dengan ideologi para Assassin, namun para Assassin sendiri tertarik dengan sosok bajak laut yang berani mengenakan pakaian besar mereka ini.
Walaupun tidak berhubungan dengan ideologi para Assassin, namun para Assassin sendiri tertarik dengan sosok bajak laut yang berani mengenakan pakaian besar mereka ini.
Konflik dengan para Templar, Assassin, Pemerintah kolonial, dan rekan sesama bajak laut menemani perjalanan Kenway ini.
Konflik dengan para Templar, Assassin, Pemerintah kolonial, dan rekan sesama bajak laut menemani perjalanan Kenway ini.
Mampukah Kenway menemukan apa yang selama ini ia cari? Takdir apa yang menanti sepak terjangnya? Semua pertanyaan ini tentu saja bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu ini.
Mampukah Kenway menemukan apa yang selama ini ia cari? Takdir apa yang menanti sepak terjangnya? Semua pertanyaan ini tentu saja bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu ini.
Tidak hanya para Templar dan militer kolonial yang melihatnnya sebagai ancaman, pakaian kebesaran yang ia kenakan tentu saja memancing rasa penasaran para kelompok Assassin di laut Karibia yang mempertanyakan posisi Kenway dalam konflik antara Assassin dan Templar. Namun bagi Kenway, tidak ada yang lebih penting daripada mencari Sage, menemukan Observatory, dan menguasai teknologi yang akan menguntungkan dirinya ini.
Lantas mampukah Kenway menemukan Sage dan mendapatkan teknologi di balik Observatory ini? Bagaimana posisinya di dalam konflik antara Templar dan Assassin? Mampukah ia membangun Nassau seperti yang selama ini ia impikan? Apakah ia tetap akan menjadi seorang Assassin “gadungan”? Semua jawaban ini bisa Anda temukan dengan memainkan AC IV: Black Flag ini.


Sumber : www.jagatplay.com

0 komentar: