Pertarungan paling panas tahun ini akhirnya berkobar lagi. Persaingan
antara dua franchise FPS terbesar – Battlefield dan Call of Duty memang
selalu menjadi fenomena yang menarik untuk disimak. Baik EA maupun
Activision selalu mati-matian memastikan franchise andalan mereka ini
berhasil menjadi yang terdepan, tidak hanya di sisi popularitas dan
penjualan, tetapi juga kualitas. Pertempuran ini sendiri jauh lebih
menarik di tahun 2013 ini, mengingat kehadiran konsol next-gen yang
tentu saja menawarkan performa yang lebih kuat. Tidak lagi harus menahan
diri dan menyesuaikan engine agar dapat dimainkan di konsol generasi
saat ini yang lemah, baik EA dan Activision pun tampil habis-habisan di
Battlefield 4 dan Call of Duty: Ghosts.
Performa yang lebih “nendang” ini juga terlihat dari hampir sebagian
besar aspek yang ada, dari sekedar visual hingga penambahan fitur yang
ditawarkan. Battlefield 4 membuka persaingan dengan waktu rilis yang
lebih awal, memperkenalkan Frosbite Engine 3.0 sebagai engine next-gen
andalan dari DICE. Sementara di sisi lain, Infinity Ward juga sempat
mengklaim adaptasi engine yang lebih mumpuni untuk Ghosts, cukup untuk
merepresentasikan kualitas visual next-gen. Plot dipermak, tetapi dengan
ciri khas perang dalam skala masif yang selalu menjadi nilai jual yang
tidak bisa diabaikan begitu saja. Dengan beragam amunis baru ini, kedua
game ini menjadi kandidat terbaik untuk menjadi penantang terbaru di
GameFight kali ini.
Call of Duty: Ghosts VS Battlefield 4, siapakah yang paling pantas untukmenjadi yang terbaik? Let the fight begins!
Plot
|
|
MURICA!, satu kata kecil ini tampaknya sudah cukup untuk menyimpulkan
plot utama yang ditawarkan oleh kedua game yang satu ini, baik Ghosts
maupun Battlefield. Untuk kesekian kalinya, para developer game FPS
tampaknya masih kesulitan untuk keluar dari pakem cerita yang menjadikan
Amerika Serikat sebagai target utama, dimana Anda akan berperan sebagai
kelompok pejuang kecil yang harus terlibat segudang aksi dan tampil
sebagai penyelamat dengan porsi peran yang terhitung signifikan dalam
memenangkan konflik yang ada. Namun jika harus memilih salah satu di
antara keduanya, Call of Duty: Ghosts harus diakui tampil lebih baik.
Walaupun tidak sekompleks Black Ops dan terkesan sangat linear, namun
pencintraan sosok tim Ghosts sebagai pasukan elite, hubungan erat antara
Logan dan Hesh, dan voice acts yang ada cukup menghidupkan seri dari
Infinity Ward ini. Sementara di sisi lain, Battlefield 4 tampil terlalu
“biasa”.
Call of Duty: Ghosts (1) VS Battlefield 4 (0)
Visualisasi
|
|
Sama-sama mencitrakan diri sebagai game next-gen, visualisasi tentu
saja menjadi salah satu indikator utama untuk membuktikan apakah
keduanya berhasil melebihi standar visual generasi saat ini. Terlepas
dari klaim yang diluncurkan Infinity Ward yang meyakinkan bahwa Ghosts
akan hadir dengan engine yang lebih sempurna, game ini justru
memperlihatkan banyak kelemahan yang terasa kentara di sisi visual. Tata
cahaya yang lebih dramatis ternyata tidak menjamin pengalaman visual
yang luar biasa, apalagi dengan segudang low-res texture yang masih
mudah Anda temuka di begitu banyak level. Sementara di sisi lain, EA
tampil habis-habisan dengan Frostbite Engine 3.0. Detail yang lebih
baik, tata cahaya, hingga beragam efek visual yang belum pernah
diterapkan di game-game manapun sebelumnya ditawarkan dengan optimal.
Gamer mana yang tidak terpukau melihat jamur api yang melayang realistis
ketika Anda berhasil memicu ledakan besar dalam permainan? Battlefield
masih berhasil membuktikan diri sebagia salah satu game FPS dengan
visual terbaik, hingga saat ini.
DICE rules!
Call of Duty: Ghosts (1) VS Battlefield 4 (1)
Gameplay / Action
|
|
Apa yang bisa Anda harapkan dari sebuah game FPS? Dengan mekanik
dasar yang serupa satu sama lain, hampir tidak ada inovasi signifikan
yang bisa disertakan DICE dan Infinity Ward ke dalam game andalan mereka
masing-masing tanpa melenceng dari akar military shooter yang mereka
usung. Namun jika harus membicarakan aspek mekanik yang ia sertakan,
Battlefield 4 masih memperlihatkan kualitas yang sulit untuk ditandingi.
Recoil unik yang ditawarkan setiap senjata menghasilkan pengalaman yang
lebih unik dan realistis, termasuk ketika Anda berkendara dengan tank
di salah satu level. Sabar menanti kesempatan menyerang yang tepat,
kebutuhan untuk melontarkan peluru secara presisi, dan kebebasan untuk
menghancurkan rintangan yang menghalangi Anda menjadi pesona yang sulit
untuk ditolak. Sementara di sisi lain, kesan arcade justru mengalir kian
kentara di Ghosts. Hal ini kian diperparah dengan mekanik kendaraan di
salah satu chapter yang terasa begitu licin dan tidak realistis.
Battlefield 4 tampil lebih baik di level ini.
Call of Duty: Ghosts (1) VS Battlefield 4 (2)
Character Design
Karakter adalah pintu utama bagi gamer untuk “masuk” ke dalam
pengalaman gaming yang berusaha ditawarkan oleh developer. Lewat watak,
peran, percakapan, dan aksi beragam karakter di dalam game inilah, gamer
bisa merasakan keterkaitan emosional yang kuat. Tidak hanya dari voice
acts dan karakteristik yang ada, desain visual juga menjadi nilai jual
yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Untuk urusan yang satu ini, Call
of Duty masih mampu memperlihatkan tajinya. Desain pakaian pasukan
khusus Ghosts yang kuat dengan identitas dan voice acts yang ditawarkan
di dalamnya membuat perjalanan ini kian hidup. Sementara di Battlefield,
terlepas dari penambahan Hannah sebagai pasukan wanita yang terhitung
unik di genre FPS, hubungan antar para karakter terasa sangat hambar dan
klise. Dari segi desain, tidak ada yang terasa spesial di pakaian Irish
maupun Pac sendiri.
0 komentar: